Mungkin konseling memang menawarkan banyak manfaat, tapi tidak semua orang langsung merasa siap untuk menjalani proses ini ya, KALMers. Banyak yang merasa butuh konseling tapi memilih untuk menunda atau bahkan menghindari konseling. Nah, apa saja kira-kira alasannya? Yuk, simak penjelasannya di bawah ini!
Beberapa orang merasa bahwa masalah mereka tidak sebesar yang dialami orang lain. Sehingga mereka berpikir, “Ini hanya stres biasa,” atau “Masih banyak orang yang lebih parah.” Misalnya, seorang karyawan yang burnout di tempat kerja tetapi menolak mencari bantuan karena menganggap bahwa kelelahan itu adalah yang normal. Padahal, konseling tidak hanya untuk masalah besar—stres kecil sekali pun dapat memengaruhi kesejahteraan dan tidak bisa diabaikan begitu saja, KALMers.
Ada stigma yang membuat banyak orang takut akan penilaian negatif dari orang lain jika mereka tahu bahwa seseorang menjalani konseling. Apa lagi masih banyak yang mengira bahwa orang yang memiliki masalah kesehatan mental itu berarti gila. Selain itu, mereka juga khawatir dianggap "lemah" atau tidak mampu mengatasi masalah sendiri. Misalnya, seorang ibu rumah tangga yang merasa kesepian tetapi takut dianggap tidak pandai mengelola keluarga jika melakukan konseling.
Keyakinan bahwa harus bisa mengatasi semua masalah sendiri membuat banyak orang menunda konseling. Mereka sering merasa bahwa waktu akan menyelesaikan semuanya atau menyembuhkan semua luka. Sehingga mereka merasa hanya perlu bertahan dan jadi "lebih kuat". Misalnya, mahasiswa yang mengalami kecemasan tetapi terus berkata pada dirinya sendiri bahwa ia hanya perlu belajar lebih keras.
Banyak orang yang menunggu hingga masalahnya berlarut-larut baru mempertimbangkan untuk konseling. Misalnya, seseorang yang menunda konseling hingga hubungan pernikahannya berada di ambang perceraian. Padahal, semakin awal masalah ditangani, semakin mudah untuk diselesaikan, KALMers.
Seseorang yang pernah mencoba konseling namun merasa prosesnya tidak membantu atau bahkan menyakitkan mungkin akan ragu untuk mencoba lagi. Misalnya, seseorang yang pernah merasa dihakimi oleh psikolog/konselor/psikiater sebelumnya mungkin enggan membuka diri kembali. Sehingga sangat penting untuk mencari tenaga profesional yang memiliki lisensi dan berpengalaman di bidangnya.
Itulah berbagai alasan orang menunda untuk konseling. Selain itu, keterbatasan waktu dan biaya sering kali juga menjadi alasan utama menunda konseling. Iya nggak, KALMers? Kalau kamu juga mengalaminya, jangan khawatir ya! Karena saat ini kamu bisa mendapatkan akses konseling gratis selama 3 hari dengan Kalmselor yang tentunya sudah profesional dan berpengalaman. Konseling ini juga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja karena dilakukan melalui aplikasi KALM. Cukup masukkan kode voucher BRAVE-33-33-33-33, konseling gratis ini sudah bisa kamu nikmati! Yuk, cobain dengan klik banner di bawah ini, ya!
Penulis: Sofi Maharani Putri
Editor: Ama