Ucapkan Selamat Tinggal Pada Adiksi Media Sosial!

Description Hai KALMers! Seperti apa hubunganmu dengan media sosial?

Pada zaman sekarang ini sepertinya sudah sangat biasa untuk menggunakan media sosial sebagai buku harian online pribadi kita. Kita merasa harus memposting semua aktivitas kita di platform online: apakah itu makanan yang kita makan, tempat yang kita kunjungi, atau pakaian yang kita kenakan.

Namun, karena "buku harian" ini terbuka untuk dilihat oleh seluruh dunia, kita juga dihadapkan pada godaan kuat untuk tampil sebaik mungkin. Kita lalu menggunakan filter untuk menghasilkan selfie tercantik, mengedit bahkan lokasi terburuk, mengambil ratusan gambar untuk memastikan kita mendapatkan sudut terbaik. kita ingin memberitahu dunia betapa sempurna hidup kita, tidak peduli itu benar-benar nyata atau tidak.

Adiksi Media Sosial dan Hubungan Toxic


KALMers, media sosial telah ditemukan sebagai salah satu penyebab hubungan toxic dengan diri kita sendiri.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan oleh Anthony Robinson di Texas, Amerika Serikat, mayoritas responden menjawab bahwa media sosial adalah salah satu penyebab depresi. Melalui media sosial, kita membuat perbandingan yang tidak sehat antara diri kita dan teman-teman kita - kita kira kehidupan mereka jauh lebih baik. Hal ini lalu membuat kita merasa kurang percaya diri. Gejala lain yang ditemukan dalam penelitian ini adalah kelelahan yang berlebihan, putus asa, rasa bersalah, dan hilangnya kesenangan dalam kegiatan yang sebelumnya disukai.

Menurut Thomas Curran dan Andrew P. Hill, ilusi persaingan dan perfeksionisme yang didorong oleh media sosial meningkatkan kesepian. Mereka juga menemukan bahwa jumlah depresi di kalangan Milenial meningkat dua kali lipat sejak 10 tahun yang lalu. Ditambah lagi, generasi Milenial merasa perlu mengeluarkan lebih banyak uang untuk bersaing dengan teman-teman mereka - hal ini menambah tekanan yang disebabkan oleh ketidaksetaraan ekonomi.

Tanda-Tanda Kita Perlu Menjauhi Media Sosial:


KALMers, jika kamu bingung tentang tanda-tanda apa yang menunjukan kamu perlu menjauhi media sosial, berikut adalah beberapa pertanyaan untuk ditanyakan pada diri sendiri:

  1. Apakah kamu merasakan dorongan fisik untuk berada di media sosial?

  2. Apakah kau merasakan kecemasan karena tidak dapat mengakses media sosial?

  3. Apakah kamu merasa rendah diri dan tidak layak setelah scrolling media sosial?

  4. Apakah kamu menghabiskan lebih dari dua jam sehari di media sosial?

  5. Apakah kamu menghabiskan lebih banyak waktu berinteraksi di media sosial daripada di kehidupan nyata?

  6. Apakah kamu berpaling ke media sosial saat merasa sedih?


Jika KALMers menjawab "YA" untuk salah satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan ini, mungkin sudah saatnya KALMers mempertimbangkan untuk memutuskan hubungan dengan adiksi media sosial kamu.

Mengapa Kita Perlu Menghentikan Hubungan Toxic Ini


KALMers, kamu mungkin berpikir bahwa menjauh dari media sosial itu menakutkan dan membuat kamu tidak gaul lagi, tetapi sebenarnya hal ini sangat baik untuk kesehatan dirimu sendiri. Nyatanya, meninggalkan media sosial secara rutin adalah ritual yang sehat untuk dilakukan bagi semua orang, tidak hanya ketika kita berada dalam masa-masa transisi, rentan, kecemasan tinggi, atau krisis.
Ada 4 alasan mengapa kamu perlu mengambil jeda dari media sosial:


  • Membantumu menetapkan boundaries


media sosial bisa menjadi tempat yang dipenuhi dengan kecemasan. Dengan menetapkan boundaries, atau batasan-batasan, kamu jadi dapat menghindari sisi negatif dari media sosial bisa masuk ke dalam ruang pribadi kita. Mematikan kebisingan media sosial dengan mematikan media sosialmu secara berkala bisa menjadi salah satu batasan terbaik yang kamu bisa berikan pada diri sendiri, yang adalah merupakan jenis self-care paling baik.

  • Membantumu tetap fokus pada tujuan


Menjauh dari media sosial bisa memastikan kamu untuk tetap pada tujuan awalmu. Hal ini berarti kamu tidak lagi menyia-nyiakan energi memusingkan komentar orang lain dan siapa yang melihat Instagram Story terbarumu. Akan terasa menyegarkan ketika kamu melakukan hal yang membuat kamu merasa nyaman, daripada melakukannya untuk posting media sosial.

  • Membantumu mendapatkan kembali waktumu


Mulailah sibuk melakukan hidup! Lakukan hal-hal yang kamu inginkan dan capai, jangan menyerah dan menunda karena media sosial.

  • Membantumu mengenali dirimu sendiri


Tidak hanya terhubung kembali dengan teman, kolega, dan keluargamu. Mematikan media sosial bisa membantumu untuk terhubung dengan dirimu sendiri. Kenali esensi dirimu sendiri dan temukan kembali siapa dirimu sebenarnya.

Kiat untuk Mengatasi Adiksi Media Sosial!


KALMers, di bawah ini adalah beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk mengurangi adiksi media sosial yang mungkin kamu alami saat ini:

  1. Non-aktifkan Notifikasi Kamu (mis. Matikan push notification media sosial untuk bisa mengurangi gangguan dan berkonsentrasi pada tugas sehari-hari)

  2. Batasi Diri (mis. Atur timer di jam tangan atau ponsel untuk membatasi jumlah waktu yang kamu habiskan di media sosial. Tapi, kamu harus kuat, ya, menahan godaan untuk menambah lebih banyak waktu)

  3. Dapatkan Hobi Baru (mis. Belajar keterampilan baru atau melakukan sesuatu yang selalu ingin kamu lakukan tetapi merasa tidak pernah punya waktu)

  4. Habiskan Lebih Banyak Waktu Dengan Orang Tercinta (mis. Luangkan waktu bersama mereka di dunia nyata dan perbaiki hubungkan kembali. Buatlah memori-memori baru).

  5. Make It A Treat (mis. Hanya mengakses media sosial kamu sebagai hadiah ketika kita mencapai tujuan yang sudah kita tetapkan sebelumnya)

  6. Temui Orang-Orang Dalam Kehidupan Nyata (mis. Bergabung dengan klub, menghadiri ceramah, mengatur kumpul-kumpul bersama teman-teman dan bertemu orang-orang baru)

  7. Go Cold Turkey (mis. Berlibur dari media sosial)


KALMers, mungkin sulit untuk membatasi diri kamu dari media sosial, tetapi itu bisa dilakukan! Aplikasi KALM menyediakan dukungan besar dari psikolog dan konselor bersertifikat yang dapat membantu kamu melalui perjuangan menjauh dari media sosial dan depresi.

Dont bury your feelings- mari kita bicarakan! Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut atau sekedar ingin lebih tahu tentang KALM, kunjungi www.get-kalm.com, kunjungi Instagram di @Get.kalm atau unduh aplikasi KALM di Android Playstore atau Apple App Store.

Sumber:

[1] https://www.apa.org/pubs/journals/releases/abn-abn0000410.pdf

[2] http://www.depkes.go.id/article/view/18110200003/potret-sehat-indonesia-dari-riskesdas-2018.html

[3]https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1112237-media-sosial-penyebab-depresi-pada-generasi-millenial

[4] https://www.halodoc.com/4-alasan-utama-kenapa-generasi-milenial-lebih-gampang-depresi

[5] https://www.bustle.com/articles/144893-7-ways-to-stop-your-social-media-addiction

[6]https://www.forbes.com/sites/karineldor/2018/10/19/4-reasons-why-you-should-try-a-social-media-detox-like-ariana-grande/#c2fb88d2203b

Baca Artikel Lainnya

Stress Language: Cara Tubuhmu Menanggapi Kondisi Stress

Hai KALMers! Kita semua pasti pernah merasa stres. Tapi, tahukah kamu bahwa stres punya "bahasa" sendiri yang sering kali terlihat dalam cara kita bereaksi? Ketika stres, tubuh dan pikiran kita bis...

Parents, Ketahui Hal ini Sebelum Menitipkan Anak ke Daycare!

Menitipkan anak ke daycare adalah keputusan besar bagi banyak orang tua, terutama bagi mereka yang memiliki kesibukan kerja. Namun, banyaknya kasus tidak menyenangkan yang terjadi di daycare akhir-...

Sedang Jadi Trend, Kapan Sebaiknya Mengajarkan Anak Dua Bahasa?

Mengajarkan anak dua bahasa atau lebih rasanya saat ini semakin populer dalam dunia parenting, ya KALM Parents. Banyak orangtua ingin anak-anak mereka tumbuh dengan kemampuan berbahasa lebih dari s...