Sedih: Sang Penyelamat

Description
Sedih dirasakan ketika kita mengalami kehilangan.

Variasi: Duka, kecewa, iba

Kekuatan: Membuat kita lebih menghargai masa bahagia dan hal-hal sederhana.

Potensi Kerugian: Jika berkepanjangan dapat menjadi depresi.

Emosi Sedih, si Pahlawan


KALMers pernah nonton film Inside Out oleh Pixar, tidak? Kalau sudah, KALMers pasti tahu bahwa Sadness atau Si Emosi Sedih adalah pahlawan cerita tersebut. Seperti di film tersebut, emosi sedih dapat menjadi pahlawan kita mengatasi perubahan dan kerinduan kita, lho!

Sayangnya, seringkali kita mendengar, Jangan sedih, donk, dari orangtua, teman, atau rekan kerja dan karenanya kita memendam emosi tersebut dan berusaha untuk menghindarinya dengan makan, menonton, ataupun kegiatan lain yang berlebihan yang lalu belum tentu menjadi baik untuk kita.

Emosi sedih yang terlalu lama dipendam dan diabaikan dapat berubah menjadi gejala depresi, lho!

KALMers, 15,6 juta penduduk Indonesia mengalami depresi. Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dr Eka Viora, SpKJ, hanya 8% dari jumlah orang itu mencari pengobatan dan pertolongan profesional.

Disorder Depresi Mayor (MDD) tidak dapat diremehkan. Menurut WHO, setiap 40 detik ada seseorang yang meninggal karena bunuh diri dan lebih dari 50% dari pelaku bunuh diri tersebut mengalami MDD. Mencari pertolongan adalah keputusan yang penting, untuk siapapun yang didiagnosa dengan penyakit ini. Silahkan skip ke akhir artikel ini untuk mengetahui bedanya emosi sedih dengan Disorder Depresi Mayor (MDD)!

Sekarang, mari kita belajar dulu tentang pentingnya emosi sedih.

Rasa Kehilangan Bukanlah Hal Yang Buruk


Secara psikologis, emosi sedih adalah respons yang kita dapat ketika kami merasa ada sesuatu yang kurang atau kehilangan.

Di film Inside Out perubahan besar dalam kehidupan Riley, seorang anak perempuan yang sebelumnya selalu ceria dan gembira, adalah ketika ia harus pindah ke kota lain. Perubahan ini mengguncang kepribadiannya yang terbentuk dan didasari oleh pengalaman-pengalaman di kota lamanya.

Ingatan tentang bermain olahraga hoki es, para sahabat di kota lama dan berbagai hal lain mulai terasa menyakitkan karena pengalamannya di kota yang baru. Berbagai pengalaman yang ia alami di kota baru hanya mengingatkan Riley akan hal yang ia dulu sayangi yang sekarang telah hilang.

Anger, Si Emosi Marah, mendorong Riley untuk melarikan diri dari rumah.

Joy, Si Emosi Senang berusaha menghidupkan kembali ingatan-ingatan indah masa lalu, yang tentunya tidak berhasil.

Hanya Sadness, si Emosi Sedih yang dapat mengantarkan Riley ke resolusi terbaik: menumpahkan rasa kehilangannya kepada orangtuanya. Tanggapan orang tua Riley yang pengertian dan simpatik kemudian membantu Riley untuk bisa memproses ingatan-ingatan baru yang merupakan campuran emosi sedih dan senang.

Ingatan-ingatan gembiranya, yang sekarang bercampur dengan kesedihan dari rasa kehilangan, mengarahkan Riley ke jalan baru: apa yang bisa aku lakukan berikutnya? Bagaimana aku bisa berjalan terus setelah perubahan ini?

Mengatasi Perubahan dan Kerinduan


KALMers, tanpa adanya perubahan kita tidak bisa bertumbuh. Mempelajari hal yang baru juga memunculkan keinginan dan kerinduan yang terus bertumbuh besar. Karena itu, kita harus mengubah kebiasaan kita untuk memendam rasa sedih ketika kita kehilangan atau belum berhasil mencapai sesuatu hal.

Belajar cara mengenali hal yang kita rasa rindukan/kehilangan, menyatakan emosi sedih tersebut, dan menentukan tindakan selanjutnya adalah keterampilan yang amat penting. Keterampilan ini akan membantumu mengurangi rasa stres dan membuatmu merasa lebih tenang.

Ini adalah cara menanggapi dan mengekspresikan kesedihan kita:

  1. Akui kalau kamu sedang sedih!

  2. Apa sebabnya? Coba ingat kembali, kejadian atau perkataan spesifik apa yang membuat kamu sedih? Apakah ada perubahan besar dalam hidupmu? Kalau kamu kesulitan memproses perasaan ini, coba tulis jurnal atau curhat dengan teman.

  3. Kamu kehilangan apa karena kejadian ini?

    1. Seseorang yang penting?

    2. Rasa diterima sebuah komunitas atau grup?

    3. Rasa hormat atau bangga di pekerjaan?

    4. Kebebasan untuk mengekspresikan diri?

    5. Yang lain-lain?



  4. Tentukan tindakan berikutnya:

    1. Masih perlu merasa sedih dan berduka? Kenang hal yang baik maupun yang buruk. Cari teman atau seseorang yang mengerti atau bisa mendengarkan.

    2. Merasa marah atau tidak adil? Baca tentang rasa marah di link ini

    3. Perlu menggantikan sesuatu yang hilang? Pergilah dan cari cara baru untuk merasa dihormati, bebas, disayangi, atau yang lainnya.

    4. Ada yang dirindukan? Gunakan perasaan itu untuk memotivasi kamu untuk maju dan berjuang untuk hal tersebut!




Baca terus jika sepertinya rasa sedihmu serasa tidak terkendali atau sepertinya tanpa sebab!

Sedih vs. Depresi


Depresi adalah perasaan sedih yang berkepanjangan, dan beriring, dengan gejala-gejala seperti berikut:

  1. Kehilangan ketertarikan dan tidak mendapatkan lagi kesenangan dari semua jenis aktivitas. Bahkan hobimu tidak lagi menyenangkan.

  2. Berat badan turun tanpa melakukan program diet atau naik secara drastis (perubahan dalam sebulan diperkirakan berbeda sekitar 5% dari bobot tubuh biasanya). Ada juga peningkatan atau penurunan nafsu makan.

  3. Insomnia (tidak bisa tidur atau kesulitan untuk tetap tidur) atau hypersomnia (terus-menerus ingin tidur).

  4. Terus merasa capai atau tidak berenergi. Bahkan aktivitas sekecil apapun, seperti mandi dan memakai baju, menjadi sangat sulit dan memakan waktu sangat lama.

  5. Perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan dan tidak sepatutnya.

  6. Kemampuan berpikir atau berkonsentrasi menjadi berkurang atau menjadi sering ragu-ragu dalam bertindak (terlihat sering bingung atau menjadi sulit mengingat).

  7. Pikiran berulang-ulang mengenai kematian dan adanya pikiran bunuh diri.

  8. Terjadinya aktivitas motorik yang berlebihan dan tidak bertujuan hingga menimbulkan kelelahan yang terlihat. Misalnya berjalan bolak balik di dalam ruangan tanpa alasan. Bahkan bila semakin parah maka gerakan dapat menimbulkan potensi bahaya, misalnya menggigit bibir dan kuku hingga berdarah.


Baca terus tentang Disorder Depresi Mayor (MDD) dalam artikel kami yang ini.

Jangan merasa bersalah, ataupun malu! Carilah pertolongan dengan psikolog atau konselor, online melalui KALM ataupun offline. Mencari pertolongan adalah suatu keputusan yang berani, dan dapat memperbaharui hidupmu!

Kami selalu mendukungmu dalam menggapai kesehatan mental yang lebih baik, KALMers! Semangat!

Penulis: Evannia Handoyo

Sumber:

https://www.healthline.com/health/depression/depression-vs-sadness#symptoms

https://www.psycom.net/living-with-sadness-how-does-sadness-differ-from-depression/

https://www.psychologytoday.com/us/blog/compassion-matters/201507/the-value-sadness

https://www.huffpost.com/entry/sadness-the-heroic-emotio_b_8038768

https://www.healthline.com/health/i-cant-stop-crying

https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-mindful-self-express/201411/10-scientific-reasons-you-re-feeling-depressed

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4596181/156-juta-orang-indonesia-alami-depresi-cuma-8-persen-yang-berobat

https://www.huffpost.com/entry/sadness-the-heroic-emotio_b_8038768

Baca Artikel Lainnya

Hati-hati Infantilization: Ketika Pasangan Memperlakukanmu Seperti Bocah

Selama ini mungkin kita senang ketika dimanjakan oleh pasangan. Semakin memanjakan semakin terasa romantis. Tapi, ternyata ada kalanya ketika sikap memanjakan ini dilakukan bukan karena pasangan ki...

Career Shifting Gen-Z & Millennial Demi Passion & Kepuasan Pribadi

Generasi Z dan milenial dikenal dengan sifat mereka yang dinamis dan cenderung tidak takut untuk berpindah karier demi mengejar kepuasan pribadi dan profesional. Bener nggak, KALMers? Nah, salah sa...

Bahaya Screen Time Berlebihan Bagi Anak

Di era digital saat ini, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari kita, termasuk anak-anak. Gadget seperti smartphone, tablet, dan komputer sering digunakan untuk hiburan,...